Labubu Sebagai Fenomena Budaya Pop Dalam Konteks Sastra: Kajian Semiotik Dan Teori Resepsi Sastra

Authors

  • Amelia Ratna Monica Universitas Indraprasta Pgri Jakarta
  • Hani Raditia Putri Universitas Indraprasta Pgri Jakarta
  • B. Riska Ajeng Musallina Universitas Indraprasta Pgri Jakarta

Keywords:

Popular Culture, labubu, semiatics

Abstract

ABSTRAK

Budaya populer merupakan salah satu contoh fenomena pada boneka koleksi dari Jepang yang menjadi simbol konvergensi budaya global dengan preferensi lokal yang biasa di sebut boneka Labubu, khususnya di kalangan remaja Indonesia penggemar K-Pop. Popularitas Labubu tidak terlepas dari pengaruh idol K-Pop yang berperan sebagai agen kultural, memperkenalkan Labubu sebagai simbol budaya yang memiliki makna di tingkat sosial dan identitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes dan resepsi sastra Stuart Hall. Dengan pendekatan semiotika, Labubu dianalisis sebagai tanda yang terdiri dari tiga tingkatan makna: denotasi, konotasi, dan mitos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Labubu mengalami perubahan makna, dari sekadar boneka menjadi simbol status dan identitas dalam komunitas penggemar K-Pop. Pada dimensi resepsi, studi ini mengidentifikasi tiga posisi pembacaan: dominant, negotiated, dan oppositional. Hasilnya menunjukkan adanya penerimaan dan resistensi terhadap nilai-nilai yang diasosiasikan dengan Labubu, di mana setiap kelompok audiens memiliki interpretasi yang unik berdasarkan pengalaman dan konteks budaya masing-masing.Secara keseluruhan, fenomena Labubu mengungkap dinamika budaya pop global dan lokal, memperlihatkan bagaimana objek budaya dapat membentuk identitas kolektif dan berfungsi sebagai medium ekspresi di era digital.

Katakunci: Budaya Popular, Labubu, Semiotika,

ABSTRACT

Popular culture is one example of a phenomenon in Japanese collectible dolls that is a symbol of global cultural convergence with local preferences commonly called Labubu dolls, especially among Indonesian teenagers who are K-Pop fans. Labubu's popularity is inseparable from the influence of K-Pop idols who act as cultural agents, introducing Labubu as a cultural symbol that has meaning at the social and identity levels. This study uses a qualitative approach with Roland Barthes' semiotic analysis and Stuart Hall's literary reception. With a semiotic approach, Labubu is analyzed as a sign consisting of three levels of meaning: denotation, connotation, and myth. The results of the study show that Labubu has changed in meaning, from just a doll to a symbol of status and identity in the K-Pop fan community. In the reception dimension, this study identifies three reading positions: dominant, negotiated, and oppositional. The results show acceptance and resistance to the values

 

References

Allen, G. (2003). Roland Barthes. Routledge.

Appadurai, A. (1996). Modernity at large: Cultural dimensions of globalization. University of Minnesota Press.

Barthes, R. (1972). Mythologies (A. Lavers, Trans.). Hill and Wang. (Original work published 1957).

Bennett, A. (2005). Culture and everyday life. SAGE Publications.

Fiske, J. (2010). Understanding popular culture (2nd ed.). Routledge.

Hall, S. (1973). Encoding and decoding in the television discourse. Centre for Contemporary Cultural Studies, University of Birmingham.

Hall, S. (1997). Representation: Cultural representations and signifying practices. Sage Publications.

Hills, M. (2015). Fan cultures. Routledge.

Jenkins, H. (2013). Textual poachers: Television fans and participatory culture (2nd ed.).

Routledge.

Jung, S. (2019). K-pop culture: Korean popular music, fandom, and social media. Routledge.

Kim, Y. (2013). The Korean wave: Korean media go global. Routledge.

Piliang, Y. A. (2019). Semiotika dan hipersemiotika: Kode, gaya, dan matinya makna (Edisi kelima). Pustaka Matahari.

Ratna, N. K. (2017). Estetika sastra dan budaya. Pustaka Pelajar.

Sari, D. K., Kusuma, R. S., & Nugroho, A. (2020). Korean wave dan identitas budaya remaja

penggemar K-Pop di Indonesia. Jurnal Komunikasi dan Media, 4(2), 112-125.

Saring, S., & Widiyarto, S. (2023). Problematika Manajemen Kurikulum Merdeka pada

Siswa Taman Kanak-Kanak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(6), 7925-7932.

Storey, J. (2018). Cultural theory and popular culture: An introduction (8th ed.). Routledge.

Widiyarto, S., Sunendar, D., Sumiyadi, S., & Permadi, T. (2023). Pengenalan Sastra untuk

Siswa Taman Kanak-kanak (Studi Kasus pada Tradisi Gawai Dayak). Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(1), 467-478.

Widiyarto, S., Sunendar, D., Vernia, D. M., Alifah, S., Suprapto, H. A., & Leksono, A. W.

(2023). Learning Dayak Literature through Information Systems. International Journal on Advanced Science, Engineering & Information Technology, 13(6).

Downloads

Published

2024-12-13

How to Cite

Amelia Ratna Monica, Hani Raditia Putri, & B. Riska Ajeng Musallina. (2024). Labubu Sebagai Fenomena Budaya Pop Dalam Konteks Sastra: Kajian Semiotik Dan Teori Resepsi Sastra. JUPENSAL : Jurnal Pendidikan Universal, 1(4), 632–643. Retrieved from https://journalwbl.com/index.php/jupensal/article/view/386